1. Mulut Seribu
Mulut Seribu adalah julukan yang diberikan masyarakat kepada kawasan hutan bakau di sisi paling timur Pulau Rote. Di sini terdapat puluhan pulau kecil berjarak rapat yang menciptakan kesan layaknya sebuah labirin raksasa. Perairannya relatif tenang karena secara geografis letaknya terlindung dari angin samudera. Untuk menuju ke sana Anda bisa menyewa perahu dari Desa Papela dengan tarif berkisar antara 200 ribu hingga 350 ribu rupiah. Namun itu tergantung dari kemampuan tawar menawar Anda dengan sang pemilik perahu. Dan yang terakhir, pastikan pemilik kapal paham dan menguasai medan agar tidak tersesat.
2. All-year-round Surfer’s Paradise
Jika Anda gemar mengarungi ombak di atas papan selancar, maka langkah kaki Anda sudah tepat. Rote adalah surga para surfer. Di sini ombak cenderung konsisten sepanjang tahun dan tak banyak dipengaruhi musim. Lokasi yang lazim menjadi tujuan utama para surfer adalah Pantai Nemberala dan Pantai Bo’a di Rote Barat. Dahulu Pulau Rote berstatus top secret karena tak banyak orang yang tahu. Tetapi kini banyak pehobi selancar menyadari keberadaannya di dalam peta. Hal itu jelas terlihat dari berdirinya beberapa resor-resor mewah di sepanjang pantainya. Waktu terbaik untuk berkunjung adalah antara April hingga September.
3. Papela
Desa nelayan yang berada di sisi timur Rote ini menjadi bukti kehebatan suku Bajo dan masyarakat Bugis dalam mengarungi lautan. Tidak diketahui secara pasti kapan pertama kali mereka melempar sauh, yang jelas mereka masih menetap hingga kini. Papela juga cukup terpisah dari segala kesibukan ibukota kabupaten, sehingga desa ini memiliki dermaga dan pasar yang berlangsung sekali sepekan. Selain menyelami kehidupan masyarakatnya, menarik pula untuk menyaksikan secara langsung aktivitas pembuatan kapal tradisional.
4. Susu Goreng
Susu goreng merupakan satu dari sedikit kuliner khas Pulau Rote yang tak boleh dilewatkan. Sekilas mungkin kurang menggoda, tapi sekali mencobanya dijamin Anda akan ketagihan. Kuliner asli Pulau Rote ini terbuat dari bahan-bahan sederhana, yaitu susu kerbau dan minyak goreng. Susu yang masih segar dimasak selama beberapa jam hingga kering dan menggumpal. Minyak goreng atau minyak kelapa digunakan untuk memunculkan rasa gurih. Harga seporsi susu goreng 30 ribu, dan bisa mencapai 100 ribu rupiah saat suplai menurun. Apalagi di waktu-waktu tertentu ketersediaan susu kerbau terbilang langka.
5. It’s All About the Beach
Minimnya kunjungan wisatawan sebetulnya cukup mengherankan mengingat Pulau Rote kaya akan wisata pantai yang menyuguhkan panorama menawan. Hamparan pasir putih yang berkilau terasa sangat padu dengan birunya laut. Kemewahan merupakan sinonim yang tepat untuk menggambarkan eksotisme pantai-pantai di Pulau Rote, seperti Tongga, Tesabela, dan Oeseli.
6. Sound of the Sasando
Sasando mewakili kecintaan dan keterampilan masyarakat Pulau Rote dalam bermain alat musik petik. Setiap acara rasanya belum lengkap kalau tak diiringi alat musik tradisional asli Rote ini. Berawal dari kreasi dua gembala ternak yang secara tak sengaja menemukan fungsi lain dari daun lontar, sasando telah bermetamorfosa mengikuti kehendak zaman. Sasando bahkan dapat berkolaborasi apik mengiringi segala jenis musik modern. Cara terbaik untuk melihatnya unjuk diri adalah dengan mendatangi upacara adat atau pesta perkawinan masyarakat Rote.
7. Tenun Ikat Ndao
Nusa Tenggara timur dikenal sebagai surganya pecinta tenunan ikat. Di Kabupaten Rote Ndao, masyarakat Pulau Ndao adalah spesialis tenun ikat. Umumnya motif tenunan Ndao berupa kombinasi pola geometris, floral, dan hewan laut. Ndao merupakan pulau kecil yang berada di sebelah barat Pulau Rote. Untuk menyaksikan keahlian mereka membuat tenun ikat, kita tak perlu menyeberang lautan karena ada Namo Ndao, sebuah pemukiman orang Ndao yang berjarak hanya 500 meter di timur pasar Ba’a. Di sini puluhan perajin ikat Ndao masih aktif menekuni usaha ini. Rentang harga yang ditawarkan bervariasi, berkisar antara 250 ribu hingga 400 ribu rupiah untuk tenun ikat jenis selimut besar.
8. Termanu
Orang banyak mengenalnya sebagai Batu Termanu. Mengacu pada dua bukit batu besar, Batu Sueley dan Batu Hun, yang menjadi penanda daerah ini. Menurut mitos keduanya melambangkan sepasang laki-laki dan perempuan. Saat kemarau tiba, panorama di kawasan Batu Sueley bagai serpihan kecil benua Afrika. Padang rumput yang menguning, perbukitan, barisan pohon lontar, serta kuda-kuda liar yang berlarian menjadi pernik menarik untuk disaksikan. Destinasi ini hanya berjarak sekitar delapan kilometer saja dari Ba’a, ibukota Kabupaten Rote Ndao.
Bagaimana ke Alor
Garuda Indonesia terbang dari Jakarta ke Kupang via Denpasar pp 7 kali per minggu. Untuk ke Pulau Rote, Anda dapat melanjutkan perjalanan dengan penerbangan domestik selama 20 menit atau menggunakan kapal cepat di Pelabuhan Tenau, Kupang, dengan waktu tempuh sekitar dua jam.
sumber : www.garudamagazine.com
Posting Komentar