Selamat datang di Flores Island

Sejarah MasyarakatLewohala (2)

Kamis, 20 Desember 20120 komentar


TERBENTUKNYA KAMPUNG LEWOHALA

(Honi tobo wani pae lewohala)

Berdirinya kampung Lewohala ditandai dengan upacara sejuk dingin yang disebut dengan: “ tewu tanah sira paji, wulu bure bala kenera, hodi ekan lagadoni lodan sode namang gole”. (upacara menebus tanah dengan sebatang gading-moko dan kalung emas/Lodan). Benda adat tersebut di atas diberikan kepada suku witak lamawaleng, luwo waleng koli baran.

Wulu Bure Bala Kenerang dibawah ke Koli Buto sedangkan Lodan Sode Namang Gole dibawah ke Ebak. Setelah penyerahan benda-benda adat tersebut, masyarakat Serang Gorang dan masyarakat Tanah Tawa dibawa pimpinan para pembesarnya masing-masing membangun Lewotanah Lewohala. Masyarakat kemudian membangun rumah untuk dihuni sebanyak tujuh pulu tujuh buah rumah yang kemudian berkembang menjadi tujuh pulu tujuh suku, (jumlah rumah adat tersebut masih tetap dipertahankan sampai sekarang). Setelah kampung terbentuk, masyarakat kemudian berunding untuk memilih pemimpin yang akan memimpin Lewohala yang lazim disebut Belen Raya. Adapun tata cara pemilihan Belen Raya adalah sebagai berikut: dilakukan lomba menarik bambu yang dipotong, tanpa dibersihkan dari ranting dan daun. Syarat dalam perlombaan adalah bambu ditarik dengan posisi terbalik, yakni bagian ujung bambu berada didepan.

Titik star lomba adalah kampung (Lewohala) sampai ke pantai. Suku yang sampai terlebih dahulu di pantai berhak menjadi pemimpin. Lomba ini kemudian dimenangkan oleh suku Serang Gorang atau suku pendatang. Hasil perlombaan ini dianulir oleh suku Tanah Tawa, karena suku pendatang berlaku curang dalam perlombaan. Akhirnya disepakati cara kedua yakni dengan membuat Ceremony adat gantung domba (peke ehang). Masing-masing pihak menanggung seekor domba, domba tersebut digantung pada saat bersamaan. Namun sebelumnya, masing-masing pihak menyampaikan doa.

Upacara dimulai, domba digantung. Dua ekor domba mati pada jam yang sama, tetapi domba milik suku Tanah Tawa kakinya tertutup, yang menandakan bahwa tidak ada jalan. Selain itu jasad domba berbauh dan dipenuhi ulat berbulu serta lalat. Sedangkan domba milik suku Pendatang (Serang Gorang) mati dengan kaki terbuka, serta tidak berbauh. Keadaan inilah yang kemudian diputuskan bahwa suku pendatanglah yang paling berhak memimpin kampung Lewohala.

Walaupun demikian dalam struktur pemerintahan asli saat itu tetap melibatkan suku asli. Adapun pembagian tersebut adalah sebagai berikut:

Ø Belen Werang dijabat oleh Serang Gorang

Ø Belen Leing dijabat oleh Serang Gorang

Ø Raya Lein dijabat oleh Tawa Tanah

Ø Raya Werang dijabat oleh Serang Gorang

Benda adat seperti yang disebutkan diatas, berupa Moko Lodon dan Gading seluruhnya ditanggung oleh Serang Gorang untuk menebus tanah Lewohala.

Batas wilayah adat lewohala:

1. Utara : Gunung Ile Ape

2. Selatan : Teluk Waienga- Teluk Lewoleba

3. Timur : Desa Lamawolo

4. Barat : Desa Ama Kaka dan Desa Tagawiti

Suku-Suku yang mendiami kampung Lewohala:

1. Wungu Belen terdiri dari:

a. Gesi Making

b. Domaking

c. Laba Making

d. Halimaking

e. Soro Making

f. Krowe Making

g. Duli Making

h. Tede Making

i. Lewo Kedang

j. Roga Making

k. Beni Making

l. Puho Boto

m. Lado Angin

n. Lewo Hura

o. Puka Lolong

p. Lewo Tubun- Narawayong

q. Au Urang

2. Wungu Blumer

a. Pureklolon

b. Matarau
c. Balawanga
d. Lamatapo
e. Lamawalang

f. Lamablolu

g. Bekayo

h. Langoday

i. Lamabahy

j. Atanila

k. Langotukan

l. Lewokdanga

Desa-Desa komunitas adat Lewohala:

1. Baopuke

2. Waiwaru

3. Kimakama

4. Muruona

5. Woipuke

6. Ohe

7. Bao


III. Sejarah Kedatangan Penghuni Suku

Penghuni suku yang mendiami Lewohala umumnya berasal dari kepulauan Maluku (Serang Gorang Abo Muar).

Awal mula dari Serang Gorang, Nenek Moyang berada dibawah naungan satu suku besar yakni: “ Suku Seram Sara Luka, Luwa Goran Lobi Au” sedangkan suku asli yang sudah menetap terlebih dahulu adalah Suku Duli Making Dan Tede Making ( Tawa Tanah-Gere Ekan).

IV. Tradisi Yang Diwariskan

Tradisi yang diwariskan nenek moyang adalah hasil ciptaan dan buah pikir dari para leluhur yang di bawah dari serang gorang.

V. Hukum Adat

1. Adat Perkawinan : Pain Napan

2. Adat Kematian : Keju Maten

3. Penghamilan Liar : Gowa Sagi

4. Selingkuh : Turu Tobo

5. Merapas Isteri Orang : Toban Nukan, Gui Kele

VI. Tokoh-tokoh purba

1. Pati Arakian

2. Kayo Wuan Boli Ama

3. Oikeko Lado Rua

4. Wotan Waiwuring

5. Ola Baga Tugu Wulan

6. Pati Useng Kei Lera

7. Sibeni Bunu Tiwa

8. Kerua Sili Lolo

9. Duli Tede Hala-A’ Wote Abo Ama

10. Gesi-Do-Laba-Beni

11. Hali-Sorong-Ola Abo Ama

12. Tede Pure Balawanga

13. Nila Tutu Lungu-Lura Toda Wolo

14. Pure Dong Laba-Hore Laba Taran

15. Laba Lele Demo Ama

16. Aba Taran Gorang

VII. Jenis Ritual Adat

Ø Pesta Kacang

Urutannya sebagai berikut:

a. Sawe Nuku (Penggantung Nuki di Koke Atamuki)

b. Tuka Kiwan-Lua Watan (Pergi Pulang Gunung Pantai) untuk menyuguhkan sesajian bagi

para leluhur ditampat upacara (Nuba Nara)

c. Belai: Perjamuan bersama bagi anak gadis Wungu Belumer di Koke

d. Dora – Dope: Berburu ayam piaraan untuk sesajian para Leluhur

e. Pau Lango: Perjamuan anak suku di rumah adat masing-masing.

f. Sora Utan Lango Belen: Perjamuan bersama di rumah besar untuk beberapa suku tertentu

(Suku-Suku Wungu Belen)

g. Penu Koke Lera Tena: Perjamuan bersama di kelima Koke Lewohala sesuai pembagian

kelompok suku.

h. Juang wua: Pawai siri pinang yang dilakukan oleh Belen Raya Lewo Werang dan Belen Raya

Lewolein (Hebo Elo Tora Woke)

i. Ina Ratang: Perjamuan bersama anak-anak gadis Belen Raya Lewowerang

VIII. Struktur Lembaga Adat

IX. Sejarah Rumah Adat

Pada awalnya Nenek Moyang tidak memiliki tempat tinggal. Hidup mereka sangat menggantungkan nasibnya pada alam sekitarnya, hidup mereka selalu berpindah-pindah dengan maksud mencari makan di hutan.

Setelah terjadi perkembang biakan manusia, dari satu garis keturunan mereka mulai berpikir untuk membangun pondok-pondok sederhana untuk tinggal bersama.

Adapun tujuan dari tinggal bersama adalah:

1. Mudah membangun kekompakan untuk membelah diri dari serangan musuh

2. Mudah mengadakan upacara-upacara seromonial adat dan ritual yang dibutuhkan

3. Saling membantu dalam segala kesulitan yang dihadapi

Seiring dengan bertambahnya jumlah manusia, rumah-rumah semakin banyak dibangun. Selain itu mereka yang terlahir dari satu garis keturunan bersepakat untuk membangun sebuah rumah sebagai induk (bliwo kawa) yang sengaja dibiarkan kosong dan hanya dipakai pada saat tertentu, seperti membuat ritual adat.

Adapun tujuan dari pembangunan rumah sendiri adalah menjaga bentrok intern antara sesama kakak beradik yang dapat menghancurkan kerukunan keluarga.

Proses pembuatan rumah adat

a. Pembuatan Dena (Dolu Alang) / Boti Atu – Borang Kota

b. Pengadaan bahan-bahan local

- Pengadaan tiang

- Pengadan palang (munung-mape)

- Pengadaan kuda-kuda dan tongkat kuda-uda (nu lake-wola wae)

- Palang atas, bawah, muka dan belakang (nore-kawang-blope)

- Pengadaan bahan-bahan penangkis bala/penyakit (kotemane)

- Pengadaan atap dan tali pengikat setelah semua bahan siap, membangun rumah sampai selesai.

c. Fungsi rumah adat

- Tempat membuat upacara adat

- Tempat berkumpul anggota-anggota suku dan kepala suku untuk suatu urusan adat

d. Bentuk dan arti rumah adat

- Atap : melambangkan kekompakan anggota suku

- Dinding : kekuatan

- Tiang : melambangkan peran anggota suku

- Balai utama: tempat ritual (kenata bele, liri wanan)

- Tempat tidur (uli one), mada-pendopo

- Hoi : tempat menyimpan makanan

- Bentuk rumah adat: empat (4) air

X. Tempat ritual di kampung adat

a. Rumah adat / rumah besar

b. Koke-bale: tempat perjamuan bersama

c. Nepi-basa: tempat upacara piara kambing

d. Manfaat rumah adat: tempat berdoa dan pemberian sesajian kepada para leluhur

e. Sanksi : apabila upacara tidak dilakukan sesuai ketentuan jadwal dan aturan mainnya maka penyakit yang dapat berujung kematian akan menimpa

XI. Benda purba kala

Barang-barang peninggalan benda purbakala adalah sbb:

Moko, gading, guci, maeriam kuno, piring tanah, belaong, lodan, parang dan tombak.

Semua barang-barang kuno sebagai bukti sejarah ini disemayamkan pada balai utama (kenata belen) dan mempunyai kekuatan gaib. Apabila ada yang dengan sengaja dan secara tahu dan mau merusak, mencuri untuk kepentingannya maka malapetaka akan menimpanya sepanjang hidup, bahkan sampai pada anak keturunannya.

XII. Makanan tradisional

1. Ketemak/kebose/munga

2. Nasi campur jagung dan kacang

3. Keleso/lepi

4. Putu, ubi kukus, ubi bakar

XIII. Jenis pakian adat dan fungsinya

1. Wate hebe, topo, kerokong: pakian harian/pesta dan dapat digunakan untuk hadiah bagi anak-anak pada saat pernikahan

2. Wate mea: digunakan untuk balas gading dan juga hadiah buat anak gadis pada saat pernikahan

3. Senai/kewodu/senawe: pakian harian buat pria

XIV. Tarian adat

1. Hedung/ tari perang

2. Tari rotan

3. Tari neba
4. Tari tambang
5. Tari bambu

XV. Permainan tradisional

1. Eda
2. Pesu
3. Bie 
4. Kote
5. Kemote
6. kepasa

XVI. Kearifan local (muru naki)

1. Larangan memetik kelapa
2. Larangan menangkap ikan
3. Larangan membuka kebun baru

XVII. Mata pencaharian

1. Bertani 
2. Nelayan
3. Berburuh
4. Tenun ikat
dan, Kami menyadari akan kekurangan dan kelemahan kami dalam penulisan Profil Lewohala ini. Kami senantiasa selalu mengharapkan masukan, saran, dan kritikan dari segenap pihak guna menyempurnakan tulisan yang masih sangat sederhana ini agar nilai-nilai luhur sejarah Lewohala dapat diwariskan kepada generasi-generasi yang akan datang dan dapat dijadikan sebagai pegangan hidup mereka.
Semoga……Group Orang Baopukang
sandro wangak

Sumber ; www.lulusuji.blogspot.com

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Cara Gampang | Creating Website | Johny Template | Mas Templatea | Pusat Promosi
Copyright © 2011. Ebed Allan Derosary - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger