Mentari baru muncul dari ufuk timur.
Sinar hangatnya yang lembut mencerahkan alam sekitar. Di bawah pantulan sinar
mentari, empat ekor itik benjut (anas gibberifrons) tampak hilir mudik
di atas permukaan Sano Nggoang yang airnya hijau tenang.
Di selingi kicau burung, alam
sekitar serasa indah pagi itu. Kepudang-kuduk hitam (Oriolus chinensis)
merupakan satu di antara aneka jenis burung yang berkicau. Di pohon beringin
yang tepat berada di tepi Sano Nggoang, ia asik bernyanyi sembari melompat dari
satu ranting ke ranting lain. Warna kuningnya yang dominan, membuat kami tidak
sulit menandainya meski berada di balik dedaunan.
Melihat tingkahnya yang lucu, kami
coba mengabadikannya lewat kamera. Ternyata tidak mudah. Pergerakannya yang
gesit, membuat kami harus telaten mengikutinya. Sepertinya, burung cantik ini
tahu persis bila kami mengintainya.
Masyarakat Manggarai memanggil burung
berukuran 26 cm ini dengan sebutan leros. Sementara, masyarakat Jawa
menamainya manuk podang, gulalahe (Sulawesi), dan bincarung
(Jawa Barat). Dalam filosofi masyarakat Jawa, kepudang merupakan perlambang
keselarasan, keindahan budi pekerti, dan kekompakan. Nilai-nilai filosofinya
yang selaras dengan budaya Jawa membuatnya ditetapkan sebagai fauna identitas
Provinsi Jawa Tengah.
Bagi masyarakat Manggarai, kepudang
digambarkan sebagai gadis perawan yang rupawan. Hal yang mendasarinya adalah
bulunya yang cantik dan suaranya yang menarik. "Karena pesonanya itu, leros
diibaratkan wanita jelita" tutur Messi, penduduk asli Manggara yang turut
menemani kami.
Sebagai burung pesolek, kepudang
selalu menjaga bulunya agar tampak bersih dan apik. Kebiasaannya adalah hidup
berpasangan dan tinggal di atas pohon. Namun begitu, sewaktu-waktu ia turun ke
bawah untuk mencari serangga.
Untuk sesaat, kami beristirahat di
pinggir Sano Nggoang, danau vulkanik terbesar di kawasan wisata Indonesia
Timur. Danau berwarna hijau jernih dengan luas sekitar 513 hektar dan kedalaman
mencapai 600 meter ini terletak pada ketinggian 750 meter di atas permukaan
laut. Secara administratif, Sano Nggoang diapit dua desa yakni Desa Wae Sano
dan Sano Nggoang, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi
Nusa Tenggara Timur.
Serasa belum puas, kami bangkit.
Kami coba amati kembali gerak-gerik kepudang tadi. Sepasang kepudang tampak
berkejaran dari ranting satu ke ranting lainnya. Mereka terlihat harmonis.
Tanpa terasa, kami telah
menghabiskan waktu dua jam lebih di tepi Sano Nggoang. Matahari tampak meninggi
dan suhu udara mulai naik. Sebelum beranjak, kami masih sempat mendengar suara
nyaringnya "liiuw, klii-lii-tii-liiuw". (Firman Hadi)
Sumber ; floresecotourism.com
Posting Komentar