Jumlah penderita HIV dan AIDS di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) kini mencapai 1.491 orang. Dari jumlah tersebut, 403 orang penderita telah meninggal dunia. Kematian Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) terjadi karena penyakit-penyakit yang muncul di masa AIDS setelah tertular antara 5–15 tahun yang disebut infeksi oportunistik, seperti diare dan TBC.
Jumlah kasus kematian tersebut merupakan kasus yang terdeteksi pada
kurun waktu tahun 1997-Februari 2012 tercatat 1.491 yang terdiri atas
HIV 699 dan dan AIDS 792 dengan 403 kematian. Jumlah kematian itu
seakan-akan tidak bermakna kalau dibandingkan dengan jumlah kasus
HIV/AIDS yang belum terdeteksi. Angka kematian itu jika dilihat dalam
realitas sosial dan dikaitkan dengan epidemi HIV/AIDS, maka angka itu
sangat bermakna.
Demikian dipaparkan dr.Husen Pankratius, Sekretaris KPA Provinsi NTT
saat Sosialisasi Penguatan KPAD Manggarai, tentang bahaya HIV/AIDS di
Aula Ranaka Kantor Bupati Manggarai di Ruteng, Senin, 13/8/2012.
Sosialisasi ini dihadiri oleh seluruh Satuan Kerja Perangkat
Daerah(SKPD) Kabupaten Manggarai.
Dilihat dari penyebaran HIV/AIDS di NTT, lanjut Pankratius, bahaya
penyakit ini semakin memprihatinkan. KPA Provinsi NTT memandang perlu
melaksanakan kegiatan ini agar kantor dinas, instansi, dan badan yang
ada di lingkup pemerintah Kabupaten Manggarai menerapkan kebijakan yang
sensitif HIV/AIDS.
“Masalah ini adalah masalah bersama. Karena itu, setiap SKPD secara
bersama-sama melakukan penanganan bahaya HIV/AIDS ini melalui
pendekatan lintas sector. Setiap SKPD selain sebagai anggota KPA, SKPD
juga harus berperan aktif dengan menjadikan HIV/AIDS sebagai salah satu
isu penting yang dimasukan dalam kerangka kebijakan anggaran,”ujarnya.
Sementara itu, Pengelola Program KPA Provinsi NTT, Gusti Brewon
mengatakan, jumlah penderita HIV-AIDS di NTT terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Kasus HIV/AIDS pada ibu rumah tangga yang mencapai
268 tidak bisa dianggap sepele.
Karena itu, Komisi Penanggulangan AIDS NTT terus melakukan
sosialisasi kepada masyarakat, sekaligus mengkampanyekan penggunaan
kondom saat berhubungan badan untuk menekan penyebaran HIV dan AIDS.
Ditambahkannya, pelayanan VCT (Voluntary, Counseling, and Testing) di Manggarai sudah saatnya berbasis puskesmas, apalagi Manggarai memiliki 22 konselor VCT.
“Sehingga perlu dilakukan pemetaan wilayah potensi penyebaran
HIV/AIDS dan pemetaan aspek ekonomi, sosial, dan budaya,”kata Brewon.
Ketua GMNI Manggarai, Ardianus Nompidura, di sela-sela kegiatan itu
mengatakan praktek seks bebas dan gonta-ganti pasangan sedang menjadi
tren pergaulan di kalangan remaja dan pemuda di kota Ruteng.
Kalangan remaja dan pemuda, demikian Nompidura, dikategorikan
kelompok rentan yang membutuhkan perhatian serius. “Dikhawatirkan
kasus-kasus infeksi HIV akan terus meningkat, bila tidak segera
diperhatikan dari sekarang,”katanya. (Dus)
sumber : floresbangkit.com
Posting Komentar