Sinar mentari pagi
memantul di air kali Nangagete memancarkan kilauan yang memanjakan mata.
Birunya air sepanjang mata memandang seakan membawa kesejukan. Riak ombak kecil
di permukaan air akibat terpaan angin dan rombongan ikan – ikan kecil yang
berlarian kesana kemari menjadikan pengunjung betah berlama – lama berada di
ketinggian menara bendungan Nangagete. Pengunjung juga bisa lesehan di reumputan
dan menikmati merah bunga Bouganvil setinggi 2,5 sampai 3 meter yang berderet
di sisi bendungan. Di hari libur dan hari minggu bendungan ini ramai dikunjungi
masyarakat yang ingin melihat bendungan dan menikmati keindahan kali Nangagete.
Bendungan Nangagete,
menurut penuturan Ibu Maria Wiliborda, warga desa Nebe, dibangun sekitar tahun
1985 – 1986. Bendungan yang berada di dusun Belawuk A, desa Nebe kecamatan
Talibura, kabupaten Sikka ini, cuma berjarak ± 30 meter dari ruas jalan Negara
Trans Maumere – Larantuka. Sejauh 54 kilometer kea rah timur kota Maumere,
lokasi ini bisa dijangkau dengan angkutan umum (bus atau angkot) dengan waktu
tempuh satu jam. Memakai sepeda motor memakan waktu ± 45 menit. Dari menara
berketinggian ± 35 meter, pengunjung bisa menatap bendungan selebar ± 50 meter
dengan kedalaman 15 meter. Tembok pembatas kiri – kanan bendungan setinggi 10
meter kekar menantang. Rasa takut menyeruak dikala kaki berpijak di ketinggian
lantai menara sambil mata memandang ke hamparan kali dan dasar bendungan. Air
kali mengalir pelan di bagian depan bendungan dengan kemiringan sekitar 45
derajat tumpah memenuhi kali berbatu dengan kedalaman sekitar 30 sentimeter.
Ada dua pintu air di sisi kiri selebar 2,5 meter dan 1 meter. Pintu air 2,5
meter mengalirkan air ke saluran untuk mengairi sawah di desa Nebe. Banyak juga
warga yang berdiam di sisi saluran memanfaatkan air untuk mandi, memasak,
mencuci dan menyirami kebun sekitarnya.
Kendala awal membangun
bendungan dirasakan oleh perusahaan yang mengerjakannya. “ Pertama mau dibangun
sulit dan muncul buaya merah di kali. Pekerja tidak berani melanjutkan
pekerjaan karena menurut masyarakat sekitar, tempat tersebut merupakan tempat
keramat dan ada penunggunya “ ujar Maria. Setelah berbicara dengan ketua adat
bernama Nusa Bola, maka digelar ritual adat ( memberi makan dan minta izin ) di
lokasi yang akan dibangun bendungan dengan memotong 3 ekor babi dan satu ekor
sapi. Selesai dibuat ritual adat, pembangunan dilanjutkan hingga selesai
tahun 1987.
Pengunjung dihimbau
berhati – hati bila ingin berwisata di bendungan Nangagete. Pantaun floresbangkit.com di lokasi, Sabtu (07/09/2013) beberapa pagar pembatas dari
besi plat sudah bengkok dan ada yang terlepas. Jarak celah antar pembatas
sekirat 30 sentimeter dan tinggi pagar satu meter bisa membuat pengunjung
terjerambab jatuh ke air. “ Seorang pekerja meninggal waktu pembangunan. Dua
orang pengunjung yang jatuh ke pusaran air juga meninggal “ sebut Maria. Tak
ada larangan untuk berwisata di tempat ini, tetapi pengunjung perlu hati – hati
dan waspada apalagi bagi yang membawa
balita. ( Ebed )
Posting Komentar