Pantai sepanjang ± 5
kilometer yang membentang dari desa Hepang disi barat dan desa Sikka di sisi
timur kecamatan Lela mengalami abrasi. Di desa Hepang, abrasi diatasi dengan
membangun tanggul tembok penahan setinggi ± 2 meter dengan panjang 500 meter.
Hutan
Bakau Gundul
Pohon bakau yang biasa
memenuhi sepanjang pantai tidak terlihat sama sekali. Ketika melewati jalan
ini, Minggu (30/09/2013) Floresbangkit.com ganasnya ombak setinggi 3 meter yang
bergulung ketika laut surut dan menghantam jalan ketika laut pasang. Beberapa
ruas jalan di dusun Du desa Sikka menyempit tergerus air laut. Agustinus
Afianto (20) warga desa Hepang yang ditemui FBC menuturkan; dahulu banyak
wisatawan asing berselancar di desa Hepang tetapi sekarang sudah tak terlihat.
“ Pasir berkurang. Pohon pelindung dan bakau juga sudah tidak ada lagi. Kalau
ditata, pantai ini bisa jadi tempat wisata “ ujar Agus. Batu – batu besar
merangas terlihat jelas ketika air laut pasang. Pohon kelapa dan asam cuma tumbuh
di halaman rumah warga yang berjarak beberapa meter dari bibir pantai. Jarak
bibir pantai dan bukit terjal cuma sekitar ± 100 meter menjadikan warga desa
membangun rumah di pesisir pantai.
Warga desa Hepang, Lela
dan Sikka kuatir dengan kondisi yang ada. “ Kami takut kalau musim kemarau
ombak besar bisa menghantam rumah kami yang persisi berada di sisi tanggul “
sebut Agus. Dua Buna da Lopez Warga desa Sikka yang ditanyai FBC juga
menyatakan hal yang sama. “ Tiap tahun air laut naik terus, bisa – bisa rumah
kami nanti terendam banjir. Air hujan dari gunung juga mengalir deras kalau
curah hujan tinggi dan bisa membuat banjir “ sebut Dua Buna. Sayang sekali,
pemerintah terkesan instan mengatasi persoalan ini. Membangun tanggul menjadi
pilihan terbaik tanpa diikuti penanaman pohon bakau. Bila ini menjadi pilihan
maka membangun tanggul sepanjang 5 kilometer tentu sangat menguras uang negara.
( Ebed )
Ebed de Rosary : wartawan media online
floresbangkit.com




Posting Komentar