
Keprihatinan terhadap sesama
anggota organisasi rohani yang saling
berkunjung ketika sedang ada persoalan seperti dilanda sakit atau kematian, membuat
Igantius Iking, Magdalena Oliva (alm) dan Donata Dita, tanggal 7 Maret 2002
mendirikan kelompok doa St. Louis Mery Demonfort. “ Kami mulai berpikir, lebih
baik kami mengunjungi kalau lagi sehat “ tutur Iking. Setelah berjalan 3 bulan
sebut Iking, ada pikiran untuk jangan cuma berdoa saja tetapi harus juga
bekerja, Ora Et Labora. Tiga bulan sesudahnya, Juni 2002 kami bentuk kelompok
tani. “ Dari awal kami fokus bertani
jagung karena mayoritas anggota merupakan petani jagung “ kata mantan kepala
desa Langir ini.
Pintu
Masuk
Pertemuan seminggu
sekali diadakan dari rumah ke rumah anggota. Sebulan sekali PPL ( petugas penyuluh lapangan ) wajib menghadiri
pertemuan kelompok ini. Dari 15 anggota awal terbentuknya, kini berkembang
menjadi 40 anggota dan anggota aktif 25 orang. Usia anggota yang mayoritas berusia
lanjut dan masalah dana menjadi kendala yang dihadapi. “ Kami lagi
merekrut dan mendidik anggota muda.
Masalah dana kami siasati dengan simpanan wajib, sukarela dan arisan. Kamui
juga edarkan kolekte di setiap pertemuan mingguan “ tambah pengurus sebuah
koperasi simpan pinjam di Maumere. Setelah ada Gapoktan ( gabungan kelompok
tani ) tahun 2013 pemerintah mengucurkan dana 15 juta rupiah meski sudah sejak tahun 2009 usulan bantuan modal
dibuat. Gapoktan Wa Wua ini merupakan kumpulan dari 14 kelompok tani yang ada
di kecamatan Kangae kabupaten Sikka. Nama Wa Wua dalam bahasa sikka dimaknai sebagai daun
pintu, dengan harapan agar Gapoktan tersebut bisa menjadi pintu masuk bagi
kesejahteraan anggotanya. “ Jadi jangan cuma bicara saja, tetapi berbuat
sesuatu yang nyata dan menghasilkan “ papar Iking. Dalam setahun diadakan 12
kali pertemuan yang dikomandani PPL dan petani berbicara mengenai berbagai
persoalan yang dihadapi di lapangan. “ Ini yang membuat petani menjadi ahli
karena mendapatkan pengetahuan dan langsung mempraktekkan “ sebut tamatan SMAN
1 Maumere.
Bibit jagung di dapat kelompok
ini dari pemerintah. “ Saya katakan kepada anggota untuk mensukseskan setiap program di
kelurahan yang dibuat pemerintah. Dengan begitu, pemerintah juga akan
memperhatikan kita “ kata salah satu caleg DPRD II Sikka ini. Hasil panen
jagung Hibrida dijual kepada perorangan sedangkan jenis Komposit, sejak tahun
2010 dibeli pemerintah daerah. Kelompok tani St. Louis Mery di tahun 2014 akan
menerapkan 4 kali tanam dalam setahun dari 3 kali tanam tahuh ini. Pertanian
dilakukan memakai sistem Got karena hemat biaya dan tenaga. “ Untuk 4 musim
tanam pengolahan lahan hanya sekali. Pembersihan rumput cuma sekali untuk satu
musim tanam khusus rumput di sekitar jagung yang berada di got atau saluran air. Rumput
yang di bukit dibiarkan tumbuh dengan catatan pemupukan harus lengkap “ tukas jebolan
pendidikan guru PAUD. Seminggu sekali, 4 orang bertugas mengawasi air yang
dialiri ke kebun dimana setiap sudut ditempati satu orang. Dalam satu kali tanam, kami cuma 10 kali masuk kebun. Selain bertani jagung, kelompok tani ini juga menanam kacang
hijau memakai pola tumpang sari. “ Kami juga sedang membuat pupuk cair memakai
bahan baku buah – buahan “ bebernya. Iking menghimbau agar petani memanfaatkan sumber daya alam yang ada di
wilayahnya. Benih yang datang dari luar harus di stop pemerintah daerah dan berdayakan petani lokal jadi penangkar
benih, gugat Iking
Buah dari kerja keras
dan keuletan menghantarkan kelompok tani St.Louis Mery Demonfort meraih juara
satu Kabupaten, Propinsi NTT hingga juara Nasional untuk kategori jagung. “
Petani kami di Sikka ini merupakan petani Thomas. Mereka lihat bukti dahulu
baru percaya. Tapi ada yang sudah melihat bukti tapi belum percaya dan tertarik
bergabung “ sesalnya. Bagi Iking, dia ingin membuktikan pada petani lainnya
bahwa walau di musim kemarau mereka bisa tanam dan menghasilkan.
Ebed de Rosary : wartawan media online floresbangkit.com
Posting Komentar