Benediktus,petani kakao yang ditemui Floresbangkit.com di desa Kringa,Kecamatan Talibura mengatakan bahwa penyakit busuk buah yang menyerang tanaman kako tersebut sudah berlangsung lama.” Hasil produksi kakao menurun jauh,sampai setengahnya “ ujar Beni.Kepala dinas Pertanian kabupaten Sikka,Ir Mauritz Da cunha yang ditemui Floresbangkit.com dikantornya di jalan Litbang,Wairklau,Maumere Rabu (28/08/2013) megatakan bahwa penyakit busuk buah sudah menyerang tanaman kakao sejak tahun 2004 dan paling banyak terjadi tahun 2008 hingga 2009.
Mauritz menjelaskan bahwa penyakit busuk buah terjadi karena kurangnya perawatan.Kelembaban menurut Mauritz sangat tinggi karena rimbunyya pohon-pohon di sekitarnya sehingga membuat pohon kakao tidak terkena sinar matahari.” Pohon kakao harus sering dipangkas “ sebut Mauritz.Petani,menurut Mauritz tidak melakukan perawatan.Pemberian pupuk tidak dilakukan.Selain itu,areal kebun kakao harus dibersihkan supaya hama penyakit tidak berkembangbiak.
Mengatasi hama busuk buah,petani harus melakukan dua cara seperti dijelaskan,Mauritz.Pertama, petani harus mau tanaman kakao ditebang.tetapi hal ini juga harus dilakukan secara serenpak dan menyeluruh. “ Semua tanaman kakao dalam wilayah tersebut ditebang.Jadi kalau cuma satu kebun saja percuma,karena hama tersebut akan berpindah ke kebun lain di sekitarnya dan akan kembali menyerang lagi “ sebut Da Cunha.Yang kedua,jelas Mauritz,dilakukan okulasi (sambung) samping dimana pada batang utama cabangnya dipotong dan disambung dengan yang baru.tetapi hal ini juga,tambah Maritz mengalami kegagalan karena setelah cabang okulasi tersebut berbuah,petani tidak mau menebang batang pohon utamanya.Buah yang busuk dan kering kehitaman harus dipetik dan dikubur di tanah.
Pemerintah dan dinas pertanian sudah melakukan upaya untuk mencegahnya namum perlu mendapat dukungan dari petani.Cara penanganan tersebut,menurut Mauritz, sudah disampaikan bahkan di beberapa kecamatan seperti Bola sudah dilakukan tetapi tidak semua petani di sentra produksi kako melakukannya sehingga penyakit busuk buah tetap ada. Pemerintah bayar satu hektar sebesar 750 ribu rupiah kepada petani untuk menebang pohon tetapi ini juga tidak dilakukan,sesal Mauritz. ( Ebed)
Mengatasi hama busuk buah,petani harus melakukan dua cara seperti dijelaskan,Mauritz.Pertama, petani harus mau tanaman kakao ditebang.tetapi hal ini juga harus dilakukan secara serenpak dan menyeluruh. “ Semua tanaman kakao dalam wilayah tersebut ditebang.Jadi kalau cuma satu kebun saja percuma,karena hama tersebut akan berpindah ke kebun lain di sekitarnya dan akan kembali menyerang lagi “ sebut Da Cunha.Yang kedua,jelas Mauritz,dilakukan okulasi (sambung) samping dimana pada batang utama cabangnya dipotong dan disambung dengan yang baru.tetapi hal ini juga,tambah Maritz mengalami kegagalan karena setelah cabang okulasi tersebut berbuah,petani tidak mau menebang batang pohon utamanya.Buah yang busuk dan kering kehitaman harus dipetik dan dikubur di tanah.
Pemerintah dan dinas pertanian sudah melakukan upaya untuk mencegahnya namum perlu mendapat dukungan dari petani.Cara penanganan tersebut,menurut Mauritz, sudah disampaikan bahkan di beberapa kecamatan seperti Bola sudah dilakukan tetapi tidak semua petani di sentra produksi kako melakukannya sehingga penyakit busuk buah tetap ada. Pemerintah bayar satu hektar sebesar 750 ribu rupiah kepada petani untuk menebang pohon tetapi ini juga tidak dilakukan,sesal Mauritz. ( Ebed)
Ebed de Rosary : wartawan media online Flores Bangkit, www.floresbangkit.com
Blogg : derosaryebed.blogspot.com dan ebedallanderosary.blogspot.com
Blogg : derosaryebed.blogspot.com dan ebedallanderosary.blogspot.com
Posting Komentar