Terletak di desa Ipir
kecamatan Bola, sumur Baluk bisa ditempuh dengan berkendara sejauh 24 kilometer
dari kota Maumere. Setelah melihat jejak Portugis yang ditandai dengan WatuCrus ( Batu Salib ), ada baiknya mampir ke Sumur Baluk yang terletak ± 20 meter
sebelah barat.
Masih
Dikonsumsi
Berada persis di dasar
jalan aspal yang menurun tajam dengan kemiringan 45 derajat, sumur tua
peninggalan Portugis ini masih ramai di penuhi warga yang menimba airnya untuk
dikonsumsi. “ Sebelum ada air PAM warga beberapa desa sekitar mengkonsumsi air
sumur ini “ ujar Genoveva. Kepada floresbangkit.com yang menemuinya di lokasi sumur, Selasa
(22/10/2013) Genoveva menyebutkan kalau
Sabtu dan Minggu banyak warga yang datang mengambil air di sumur tersebut dan
mandi areal sumur. “ Warga dusun Wolowora desa Umauta dan desa Ipir masih
banyak yang timba air di sini “ sebutnya. Disaksikan FBC warga sekitar sumur
silih berganti membawa jeriken kapasitas 5 liter mengisi air. Walau berjarak 10
meter dari bibir pantai, air dari sumur berasa tawar dan bersih. Sumur
berdiameter 2,5 meter ini berada di areal berbentuk lingkaran dikelilingi
tembok setinggi 3 meter. Kedalaman sumur 5 meter memudahkan kita menimba airnya
memakai jeriken 5 liter dengan tali sebesar jari kelingking. Terlihat 4 bak
selebar 50 sentimeter terletak di bagian belakang sumur buat menampung air
untuk mandi.
Tongkat
Xaverius
Baluk merupakan nama
panglima perang asal Bola yang pemberani. Kepahlawanan dan kehebatan Baluk
sampai Pantai Bola dimateraikan dengan namanya, bahkan sumur Portugis itu juga
diberi nama Wair Baluk (air Baluk). Wair Baluk itulah yang menyegarkan dan
mengharumkan masyarakat Bola dengan syair terkenal: blatan plahar, blatan
plahar, wair Baluk blatan plahar. Mi hure, mi hure, otang Bola mi hure yang
artinya dinginnya ketawaran air Baluk, dapat membuat orang suka minum dan
merasa betah.
“ Air sumur ini tidak
pernah kering meski musim kemarau. Tahun 80 – an orang tua kami dan warga
beberapa desa semua ambil air di sumur ini “ tutur Stefania, siswi SMAN 1 Bola.
Memang sumur yang dibangun tahun 1600-an ini tampak tua. Tulisan di badan sumur
yang sudah terkelupas menerangkan Wair Baluk dibangun kembali tahun 1923. Ini
terlihat dari susunan batu bulat di bagian dalam sumur yang membentuk lingkaran
sudah berlumut dan berwarna kehitaman.mpak beberapa masyarakat sedang
beraktivitas di lokasi sumur baluk. Masyarakat sekitar meyakini, Wair Baluk
adalah bekas tancapan tongkat St. Fransiskus Xaverius saat itu.
Penulis : Ebed de
Rosary / derosaryebed.blogspot.om


Posting Komentar