
Bila berada di kota
Maumere,kita sering menyaksikan para wanita memakai sarung tenun ikat.Di
jalan,di pasar hingga di gereja kita mudah menjumpainya.Apalagi di rumah,hampir
setiap ibu rumah tangga menggunakannya seharian.Setiap pasar tradisional di
desa maupun di kota di kabupaten Sikka,penjual tenun ikat pasti selalu
ada.Selain di tenun secara pribadi,tenun ikat juga ditenun oleh
kelompok-kelompok perempuan.” Ana Kiden “ ( Bahasa Muhang = Anak Yatim Piatu )
merupakan salah satu kelompok yang konsisten melakukan kegiatan
menenun.Terletak di Dusun Wairmitak,Desa Nebe Kecamatan Talibura,Kabupaten
Sikka,Kelompok yang terbentuk tanggal 27 Juni 1998 ini beranggotakan 10 orang
ibu rumah tangga.” Saya kumpulkan ibu-ibu secara perorangan,kami duduk bersama
dan membentuk kelompok” ujar Ibu Maria Aqulina Lewar yang dipercaya menjadi
ketua.Semangat gotong royong membuat kelompok “ Ana Kiden” tetap bertahan meski dalam
situasi sulit.Berkah sukses mulai dirasakan ketika LSM Plan Indonesia datang ke
desa dan melakukan sosialisasi program pendampingan.” Setelah kami membuat
proposal,tahun 2005 kami dibantu bahan baku untuk menenun” kisah ibu tiga anak
ini.Kelompok ini juga mendapat pinjaman dana dari PNPM (Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat) dan dilunasi dalam waktu setahun
Kegiatan menenun
dilakukan musim panas,bulan Juni hingga September. “ Bulan Oktober hingga Mei
kami ke kebun membantu suami dan anak-anak bercocok tanam “ tambah suami dari
Lambertus Agga Mite ini penuh semangat.Dalam waktu dua minngu dihasilkan 4
lembar kain tenun. “ Hasil tenun kami jual ke pasar Boganatar setiap hari Senin
(hari pasar) dengan harga Rp.300 ribu selembar “ tutur Ibu Milixia Melita Mau
bendahara kelompok ini.Hasil tenunan tidak dijual ke tempat lain karena motif
Tana Ai (Sebutan untuk wikayah timur Kab.Sikka meliputi Kecamtan Talbura dan
Waiblama)kurang diminati.Tahun 2011 total dana kelompok sebesar Rp.33 juta di
bagi dengan membuatkan buku tabungan di koperasi kredit bagi setiap anggota.
Hingga
sekarang,kelompok “ Ana Kiden “ tetap eksis dan setia melakukan kegiatan
menenun meski pemasaran hasil tenun mereka dirasa sulit ” Kami minta pemerintah
daerah bisa bantu kami mempromosikan hasil tenun kami biar kami focus menenun tanpa
pusing memikirkan kain tenun kami ada yang beli atau tidak “ harap Ibu Roswanda
Yantiana Mau.Mereka juga berharap agar pemerintah membantu peltihan management
selain modal dalam bentuk barang.Juga
agar dana bantuan pemerintah disalurkan ke kelompok - kelompok yang ada dan
aktif.” Dana yang disalurkan jangan sampai salah sasaran apalagi dikorupsi “
harap Ibu Lina diamini semua anggota kelompok.( Ebed )

Posting Komentar