Selamat datang di Flores Island

Sirilus Don Juang, 20 Tahun Melakoni Profesi Pemulung

Selasa, 29 Oktober 20130 komentar


Berada di kota Maumere dan Flores pada umumnya,sangat sulit bagi kita menemui pemulung. Tentu ini berbeda bila kita berada di kota – kota besar lainnya di Indonesia dimana para pemulung sejak subuh berjalan keliling masuk ke luar lokasi perumahan dan memungut aneka barang bekas yang bisa mendatangkan rupiah. Apalagi di tempat pembuangan sampah, pemulung terlihat menyemut, menantang teriknya mentari demi mengais rejeki. Profesi pemulung identik dengan mereka yang melakoni kegiatan memungut (memulung) barang bekas terbuat dari kertas, karton, besi,  plastik dan lainnya yang dibuang oleh pemakai  ke tempat sampah atau tergeletak di jalan – jalan. Aneka barang yang dipungut dikumpulkan, dibersihkan dan dikelompokan biar seragam untuk dijual ke pedagang pengumpul (pengepul )

Area Memulung Tak Dibatasi

Bapak Juang termasuk  salah seorang yang menggeluti profesi ini. Warga RT 014/04 Kelurahan Waioti, kecamatan Alok Timur, Maumere ini, sejak subuh mulai melakukan aktifitas memulung. Ketika sebagian warga kota Maumere masih terlelap tidur, pukul 03.00 wita, bapak Juang sudah beranjak melakoni pekerjaannya. Sepeda tua bekas yang dibeli menjadi andalannya memulung dari kelurahan Waioti hingga komplek pertokoan di kelurahan  Kota Baru, Maumere yang berjarak ± 1 kilometer.” Pagi jam 10.00 wita atau jam 11.00 wita sudah pulang “  ujar bapak Sirilus. Botol minuman plastik, kertas karton, besi  dan kaleng minuman dari  aluminium dipilih untuk dijual. Gelas plastik bekas air minum kemasan  dijual 2500 rupiah sekilo  untuk yang putih polos, kalau yang berwarna  1000 rupiah. Sirilus yang sejak tahun 1992 mulai memulung menuturkan kalau dulu harganya lebih baik. Botol  bekas air minum  kemasan dihargai 4000 rupiah untuk yang polos,(bening ) kalau berwarna 2500 rupiah sekilo. “ Dulu belum banyak orang yang memulung “ sebut bapak asal desa Nangablo,kecamatan Mego ini.. Saat ini di kota Maumere kata Sirilus, sudah ada beberapa orang pemulung. Itu belum terhitung anak - anak sekolah  dasar yang mencari kaleng bekas minuman kemasan sepulang sekolah sekedar mencari uang jajan.” Pake (menggunakan ) sepeda ada tiga orang,yang lain pake gerobak “ beber bapak Juang.
Setelah pulang memulung, bersama isteri dan anak- anak menyusun botol – botol bekas air mineral tersebut dan dimasukan ke dalam karung- karung besar. Sebulan sekali pedagang pengepul datang ke rumah memakai pick up mengambil hasil untuk dibawa ke gudang pengepul untuk ditimbang. “ Sebulan bisa dapat uang 1 juta rupiah. Bila siang  hingga malam juga cari barang,( memulung ) bisa dapat 2 juta rupiah “ sebut bapak tiga anak ini. Areal memulung seperti dituturkan pria kelahiarn tahun 1962 ini,tidak dibatasi. Setiap orang bisa memulung dimana saja sesuai kemampuan.

Cukup Buat Makan

Hasil memulung,menurut bapak Juang, selain buat makan juga dipakai menyekolahkan anak dan memenuhi kebutuhan hidup lainnya. “ Lumayan buat biaya hidup daripada tidak ada kerja “ kata Sirilus. Kalau tidak melakoni kerja ini,menurut Don Juang,tidak ada pekrjaan lainnya yang tetap. Apalagi didrinya hanya tamatan sekolah dasar  dan keterampilan lainnya tidak dimilikinya.” Kalau memulung rajin bisa dapat banyak uang. Tetapi karena sudah tua jadi kemampuan saya terbatas. “ Sekarang sudah banyak yang ikut memulung juga sehingga  harga jual barang bekas jadi murah “ tutur bapak Juang.
Selain memulung, suami dari Elisabeth Koleta ini juga bekerja  menggali sumur air dibantu anaknya. Sumur  yang digali kedalamnnya  9 meter .” Sumur digali dan disemen. Sebulan sudah selesai kerja “ sebut bapak Juang. Upah menggali sumur 2.5 juta rupiah. Sang isteri juga selain membantu menyortir hasil memulung, juga menenun kain buat dijual dan dipakai sendiri.

Bila tak ada pemulung, sampah akan menumpuk dimana – mana juga di tempat pembuangan akhir sampah khususnya  sampah yang tidak terurai. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya apalagi harus memisahkan sampah organik dan bukan organik menjadi kendala besar di tengah kekuatiran mampukan sebuah daerah mengatasi problem sampah. (Ebed / www.floresbangkit.com)
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Cara Gampang | Creating Website | Johny Template | Mas Templatea | Pusat Promosi
Copyright © 2011. Ebed Allan Derosary - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger