Bila berkunjung ke
Maumere,ada baiknya mampir dan bercengkerama dengan seorang Yie Gae Tje. Hal ini dirasakan FBC ketika
menyambangi rumah sekaligus ruang pamer yang terletak di Jl.Gajah Mada No.11
Kelurahan Kabor,Maumere,Kabupaten Sikka. Rumah yang terletak di pinggir jalan
ini dari jauh terlihat berbeda. Kain – kain tenun digantung menggunakan tali di
depan pintu gerbang rumah. Ada juga yang diletakan di sepanjang tembok depan
rumah dan digantung di halaman teras rumah.
Sebelum membuka toko di
tahun 80-an, sejak tahun 70-an Baba Ice ( sapaan khasnya ) sudah memperkenalkan
dan memasarkan kerajinan tangan khususnya tenun ikat. Dari dokumentasi foto –
foto yang diperlihatkan kepada FBC, tampak sosok ini sudah memakai celana
panjang dan pendek dari tenun ikat sejak era 70-an hingga 80-an.Kain tenun yang
dipasarkannya berasal dari Maumere,Alor,Lembata,Timor,Sumba dan daerah lainnya
di propionsi Nusa Tenggara Timur (
NTT ). Yang terbanyak dijual berasal dari kabupaten Sikka. “ Maumere kaya akan
motif dan tidak monoton “ ujar Baba Ice. Kain tenun dibeli oleh masyarakat
lokal,domestik, maupun turis mancanegara. “ Mereka datang dan beli langsung “
tambah bapak dua anak ini. Dulu dia berkeliling setiap daerah dan membeli kerajinan untuk
dipasarkan.Terbatasnya modal membuatnya sekarang hanya menerima hasil kerajinan (khusunya
tenun ikat ) yang diantar ke ruang pamer (toko ) sekaligus rumahnya untuk
dijual. “ Karena kurang modal,dipakai sistem konsinyasi “ bebernya.Dalam sebulan terjual sekitar 50
lembar kain tenun.
Selain menjual kain
tenun dan pakaian dari tenun ikat,tampak juga berbagai macam karya seni lainnya
terpampang di ruang pamer. Terdapat ukiran yang terbuat dari kayu. “ Patung –
patung kayu ini berasal dari seluruh NTT
bahkan dari Papua,Bali,Sumatera dan daerah lainnya di Indonesia yang saya beli
waktu remaja “ sebut isteri dari Indri Yuli Astuti ini. Pembeli dari
mancanegara yang datang dan membeli aneka kerajinan tangan terbanyak berasal dari Eropa dan Australia.
Yie Gae Tje mengatakan
tidak membuka toko dan berjualan di tempat lain. “ Biar pengrajin bisa jual di
pasar – pasar tradisional “ sebutnya. Pemasaran juga belum dilakukan secara masif. Dia mengatakan; dulu
pernah ikut pameran karena diajak oleh dinas perindustrian dan perdagangan
kabupaten Sikka. “ Pernah diajak sekali pameran di PRJ Jakarta. Diajak oleh
bapak Domi Lakan dari Disperindag “ tuturnya.
Selain itu,sekitar 200
kelompok tenun ikat yang berasal dari pengungsi Palue dan tersebar di beberapa
daerah diberikan benang agar mereka bisa menenun.” Kami berikan bantuan tahap
awal saja “ tuturnya. Dia menyitir sebuah ungkapan yang menyebutkan “ lebih
baik member kail daripada member ikan “. Tidak selamanya bekerja harus di kantor,pesannya.Banyak celah
berwiraswasta yang bisa dilakukan. “ banyak kerja sambilan “ ungkap ayah dari
Dian Jimmy dan Yeseniah Jimmy menutup pembicaraan.. Bersambung .( Ebed )
Posting Komentar