
Bersua dengannya di
diskusi HIV/AIDS memberi inspirasi betapa hidup bagai anugerah yang perlu
dsyukuri. Wanita yang selalu tersenyum dan bergairah ini merupakan salah satu
dari sekain banyak penderita HIV/AIDS yang terus berjuang, giat berkarya di
tengah penyakit yang dideritanya.
Bangkit
Menatap Hidup
Tahun 2009 seharusnya
menjadi tahun kebahagiaan bagi Adolo Ratanona karena di tahun tersebut dia bisa
berjumpa dan hidup bersama sang suami tercinta yang baru kembali dari rantau. “
Baru tiga bulan hidup bersama suami terus tertular “ ujar Adolo. Suami yang
sudah terinfeksi HIV/AIDS tidak mengetahui dan ketika dirawat di rumah sakit,
Adolo baru mengetahui orang yang dicintainya menderita penyakit tersebut. Oleh
petugas medis Adolo dianjurkan memeriksakan dirinya setelah sang suami
dipanggil sang Khalik. Kebahagiaan yang baru dirasakan seakan sirna. “ Pertama
saya merasa frustasi dan putus asa, tetapi setelah ketemu teman – teman sesama
penderita, saya jadi semangat dan mulai bangkit menatap hidup “ ujar wanita
asal pulau Palue, kabupaten Sikka ini, Tahun 2009 tertular HIV dirinya harus
dirawat di rumah sakit. Keluarga dan tetangga tidak ada yang menjenguknya. “
Pertama mereka tidak tahu, dan setelah tahu mereka tidak mengasingkan saya “
tutur Ratanona. Disebutkan Adolo, tetangga sekarang jadi sangat mendukung apa
yang dia kerjakan cuma dia belum memberitahukan kepada keluarga. “ Saya tidak
mau beri tahu keluarga, mereka sangat mencintai saya. Saya tidak mau mereka
terluka “ kata wanita yang sudah sembuh dari HIV ini.
Cukup
Saya Saja
Hadirnya teman –
teman dari KDS Flores Plus ( Kelompok Dukungan Sebaya Flores Support) dan Romo
Eman Pile,Pr membuat wanita 39 tahun ini tegar dan kembali ceria menatap hidup.
“ Tuhan tidak mungkin menghukum kita selamanya “ sebut Adolo. Dukungan dari
masyarakat, tutur Adolo tergantung dari diri kita. Baginya, penderita tidak
perlu terpengaruh orang lain, yang terpenting kita tunjukan sikap dan perbuatan
kita yang baik maka dengan sendirinya masyarakat akan menerima dan mendukung
apa yang kita lakukan. Kini Adolo sudah menikah lagi dengan teman penderita ODA
yang berprofesi tukang bangunan. Bagi para isteri Adolo berpesan agar menjaga
keharmonisan rumah tangga. Kalau suaminya merantau, isteri juga harus ikut.
Masyarakat jangan menghukum orang –orang ODA ( Orang Dengan AIDS ), jangan
menganggap mereka najis atau haram. “ Saya merasa cukup saya sendiri saja yang
mengalami ini, jangan orang lain juga terkena penyakit ini “ sebut isteri dari
Damianus Nanga, penderita ODA juga. Tahun 2010 Adolo mendapat dana dari dinas
sosial kabupaten Sikka sebesar 4,5 juta rupiah. Dana tersebut ditabungnya di
sebuah koperasi dan dengan dana tersebut sekarang dia bisa membangun rumah dan
mengembangkan usaha menjahitnya. Saya aktif di KDS Flores Support agar bisa
membantu sesama yang senasib dan membantu menyadarkan masyarakt. “ Cukup suami
saya saja yang meninggal, jangan banyak orang lain “ pesan Adolo, wanita jangkung yang selalu tertawa dan
penuh semangat ini mengakhiri obrolan. ( Ebed )
Ebed de Rosary : wartawan media online floresbangkit.com


Posting Komentar