Selamat datang di Flores Island

Masjid Wuring, Jejak Sejarah Siar Islam di Sikka

Minggu, 24 November 20130 komentar


Desa Wuring, desa nelayan di kecamatan Alok Barat salah satu wilayah di kabupaten Sikka yang padat penduduk dan perputaran uangnya sangat tinggi. Berada sekitar 5 kilometer dari Maumere ke arah timur, Wuring terkenal dengan rumah panggungnya. Bergerak beberapa meter utara pelabuhan rakyat , kita jumpai masjid tua AR Rahmat dan menjadi satu – satunya masjid di kampung nelayan Wuring.

 
Masih Seperti Dulu

 
Sekitar tahun 1800 Haji Pijung asal Sulawesi Selatan yang sudah lama menetap di Wuring bersama beberapa warga Sulsel lainnya membangun Langgar biar bisa dipakai bersembayang (sholat). Langgar berukuran panjang 10 meter dan lebar 10 meter beratap daun kelapa dan tiang penyangga dari kayu bulat. Tahun 1940 dibangun permanen berdinding tembok dan beratap seng dengan lebar masih sama dengan kubah berbentuk bulat berada di ketinggian ± 10 meter. Rehab tahun 1987 menambah aula bagian belakang memperpanjang areal masjid menjadi 17 meter baik panjang dan lebarnya. Empat tiang cor penyangga berbentuk bulat di bagian dalam tahun 2007 diameternya diperlebar dari 30 sentimeter menjadi 60 sentimeter. “ Walau mengalami renovasi, model dan bangunan inti masih seperti dulu “ ujar Halis, ketua Remaja Masjid sejak tahun 2000. Dinding tembok terlihat kusam menggambarkan tuanya usia masjid ini. Arsiterkur jendela juga masih menampakan era tahun 40-an hanya kacanya yang sudah diganti. ” Sebelum tahun1992 kubah masih berbentuk bulat. Akibat gempa kubah dirubah berbentuk kerucut seperti sekarang “ tutur Halis yang juga menjabat Ketua Pembina Dewan khotib Masjid. Sumur di dalam areal sholat di shap perempuan yang dulu dipakai mengambil air wudhu juga ditutup. Lantai masjid tingginya ditambah 30 sentimeter akibat naiknya air laut.

 
Selalu Dikunjungi


Kini Masjid Wuring melayani ± 4 ribu penduduk muslim di dusun Wuring dan menampung ± 1000 jamaah setiap Sholat Jumat.   Gempa 1992 yang mengguncang kabupaten Sikka membuat jaringan air PAM dan listrik tidak beroperasi.                “ Masyarakat berlindung di masjid ini bahkan ambil air disini karena cuma masjid ini yang aliran airnya tetap mengalir dan jaringan listriknya tidak diputus PLN “ beber Halis, tokoh muda Wuring yang menjabat Sekertaris Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Sikka. Remaja masjid menurut Halis, terlibat aktif menggelar berbagai kegiatan terutama di hari besar keagamaan. “ Bulan Agustus 2013 bekerjasama dengan mahasiswa Sulawesi Selatan kami gelar khitanan massal bagi masyarakat Wuring “ tuturnya. Sebulan sekali juga diadakan pembinaan kerohanian bagi generasi muda. Masjid tua Wuring yang selalu dikunjugi umat Muslim dari kabupaten lain di propinsi NTT ini kini dilayani 1 imam masjid dan 3 wakil imam, Khotib 6 orang dan 2 orang Azan. Masjid tua Wuring seakan menjadi saksi masuknya suku Bajo, Bugis dan Buton yang selain menjadi nelayan dan pedagang juga menyebarkan agama Islam di kabupaten Sikka. ( Ebed )
 
Ebed de Rosary : wartawan media online  Flores Bangkit, www.floresbangkit.com
Blogg : derosaryebed.blogspot.com  dan  ebedallanderosary.blogspot.com
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Cara Gampang | Creating Website | Johny Template | Mas Templatea | Pusat Promosi
Copyright © 2011. Ebed Allan Derosary - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger