Selamat datang di Flores Island

Watu Crus Jejak Katolik di Nuba Baluk

Minggu, 24 November 20130 komentar


Jalan meliuk berkelok melintasi perbukitan, kadang menanjak dan menurun tajam dengan jurang di satu sisinya menjadi tantangan menuju pantai Nuba Baluk (Bola ) kecamatan Bola kabupaten Sikka. Berjarak 24 kilometer dari kota Maumere, di pertigaan Waipare kendaraan menanjak melintasi perbukitan sejauh 20 kilometer. 

Salib Kayu

Dari pinggir pantai desa Ipir kecamatan Bola, Watu Crus ( Batu Salib ) cuma berjarak ± 25 meter dari bibir pantai.  Mama Justina yang ditemui FBC di rumahnya menuturkan berdasarkan ceritera sejarah, warga meyakini salib kayu setinggi 3 meter yang berdiri kokoh di atas batu karang selebar ± 2 meter tersebut ditancapkan oleh Pastor Dominicus dan Pastor Fransiskus Xaverius sebagai penanda daerah Nuba Baluk sudah dibaptis. Nuba Baluk sendiri berarti muara Baluk. Maluk merupakan seorang pahlawan perang dari Bola yang gagah berani. Saking hebatnya Baluk, dalam sejarah raja Sikka Dona Agnes da Silva yang memerintah kerajaan Sikka tahun 1613 – 1620 melukiskannya dalam sebuah syair bahasa Sikka. Syair yang berbunyi “ Ung baluk raning, wi neti nora urung, halu Terong Lamahala,Lobo lau Terong, atang mole Lamahala, brau hala mate golo. Lobo ei Terong tau mole Lamahala. Lamahala laeng raning, poi radi laeng pasak “ ( Laskar dari Bola, Baluk yang gagah berani, telah membumi hanguskan Terong dan Lamahala. Kalau tidak bertahan karena takut, pasti kalah.Bahwa Laskar Baluk hanya membidik dengan senjata dan belum menembak )
.
Renovasi

Salib kayu tersebut dari penuturan mama Jus dan tetua desa Bola sudah mengalami perbaikan beberapa kali. Di tahun 1939, Pastor Yan Roots,SVD pastor di paroki Bola melakukan perbaikan kayunya dengan diawali perayaan ekaristi meriah. Masyarakat Bola juga melakukan pergantian kayu salibnya tahun 1981. Pater A Groots,SVD tahun 1988 juga melakukan perbaikan dan penggalian di batu karang tersebut. Dalam penggalian tersebut, ditemukan sebuah botol berisi kertas, namun sayang tulisannya tidak terbaca karena usang dan rusak. Juga ditemukan sebuah periuk kecil. Ganasnya ombak pantai selatan membuat Watu Cruz kian tergerus ombak. Di sebelah barat bibir pantai samping Watu Cruz dibangun tanggul pemecah ombak setinggi 3 meter sepanjang 8 meter berbentuk bak kapal selam sebanyak 6 buah.
Walau terlihat sederhana, Watu Cruz menjadi tanda Nuba Baluk sejak abad ke 16 sudah memeluk agama Katolik.

 Ebed de Rosary : wartawan media online  Flores Bangkit, www.floresbangkit.com
Blogg : derosaryebed.blogspot.com  dan  ebedallanderosary.blogspot.com


Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Cara Gampang | Creating Website | Johny Template | Mas Templatea | Pusat Promosi
Copyright © 2011. Ebed Allan Derosary - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger